Menjadi anak perempuan pertama dari yang yah kalian semua bisa lihat sendiri, betapa harus sangat amat bisa untuk menurunkan ego saya sebagai kakak untuk mengalah ke 3 manusia dibawah saya ini, mulai dari pentul jilbab, daleman jilbab, baju, sepatu yang ukuran kaki kebetulan ada yang sama diantara kita berempat, harus melerai mereka yang kalau tidak bisa meredam ego masing - masing, eh malah keikut berantem sampe harus dipanggil ke kamar ayah- bunda semua, minta maaf, pelukan, cium kakak dan adik nya, dari kesel ogah ogahan ngelakuinnya sampe jadi ketawa dan kayak gada kejadian apa apa.
Menjadi kakak, anak pertama apalagi, tidak semudah itu, kita dituntut untuk menjadi dewasa, lebih mengerti, harus bersaing ketika kita masih membutuhkan perhatian. Inilah salah satu alasan kenapa waktu itu opung cantik membawaku keliling dan pergi kemana mana, agar bundaku bisa tetap fokus menjaga adikku yang baru lahir, dan aku tidak kehilangan perhatian dari orang sekitarku walaupun ya tidak dari orangtuaku tapi aku mendapatkannya dari yang lain. Aku juga baru mengerti bagian ini belakangan ketika umurku sudah lebih dari 17 tahun.
Dulu sekali ketika aku masih SD kurang lebih umurku masih 8/9 tahun aku lupa pastinya, kami pindah dari kota Siantar ke kota Binjai, tepatnya di Namu ukur Batalyon 100/ Raider, karena yaa ayahku yang tentara itu pindah tugas, dan Qadarullah bundaku hamil lagi, dengan banyaknya kegiatan ibu-ibu persit di batalyon bundaku tetap ikut kegiatan bahkan ketika hamil besar, dari namu ukur itu berangkat siap subuh untuk acara ke taman makam pahlawan yang ada di jl SM Raja Medan,aku ingat sekali karena tetap manjat untuk naik ke atas truk :) aku ikut mengantar bunda membantu membawakan beberapa barang bunda yang tidak terlaluberat. Hebat sekali bukan perjuangan dan dedikasi nya para istri tni ini, gakenal ampun.
Sampailah kepada lahirnya adikku yang ketiga barulah bundaku istirahat kurang lebih sampai adikku berumur 3 bulan sepertinya.
Beberapa waktu kemudian kakekku (ayahnya bunda) sakit, dirawat di rs Adam Malik Medan, jadi aku masih SD waktu itu pulang sekolah jam 12 kurang lebih, ketika pulang sekolah aku menjaga adikku, menemaninya bermain, dan tidur siang bersama sementara bundaku pergi ke rs untuk mengantar makan ke adiknya bunda yang menjaga kakek di rs. Waktu itu kakak sepupuku tinggal dirumah bersama kami, kakak sepupu dari bunda, dia masih sekolah dan sudah SMA yang pulang jam 4-5 sore, jadi ketika kakak pulang barulah aku bisa main, sementara kakakku yang mengurus adik bayi, begitulah rutinitas nya sampai kakek dibolehin untuk pulang.
Ada waktu dimana adikku sudah mulai untuk bisa duduk tanpa harus diganjal bantal, sudah bisa untuk menegakkan kepalanya dengan benar, dan sudah kuat untuk duduk. seperti biasa bundaku yang banyak kegiatan persit pergi giat sementara aku dengan adik bayiku dan adikku satu lagi yang nomor dua, kami bekerja sama untuk mengurus adik bayi, membuatkan susu ketika haus. Seingatku bunda gapernah stok asi seperti ibu-ibu sekarang, makanya aku baru tau ada pumping setelah umur 20 tahunan padahal ikut bantu mengurus adik kecil juga. Ketika sore hari bundaku sudah memberi makan adik bayi dan memandikan, lalu bunda pergi kegiatan aku membawa adikku berjalan jalan bersama adikku yang satunya menggunakan stroller.
adik bayiku itu kami panggil echa, dan adik satunya lagi adalah dhila sampai echa yang kami ajak jalan jalan tertidur, akhirnya kami pulang, dan kurasa itu adalah sebuah pencapaianku dalam mengurus adik bayi, karena ketika bersamaku dia tidak rewel dan malah tertidur. Echa yang kujaga ketika bayi ini ada di episode narablog sebelum ini.
Sekarang kalau difikir aku hebat sekali yang masih umur segitu sudah dibebankan tanggung jawab yang lumayan berat ya, menjaga bayi. Ketika aku harusnya masih dijaga tapi aku malah menjaga.
Terkadang aku lelah menjadi seorang kakak, tapi ayah dan bundaku juga baru pertama kali menjadi orangtua juga menjadi ayah dan ibu dikehidupannya karena aku lahir kedunia, bagaimanapun lelahnya aku menjadi anak pertama yang dibebankan tanggung jawab itu dan harus mengalah disetiap hal atau kadang ketika aku tidak ingin bermain dengan adikku tapi adikku juga tidak punya teman lain selain aku kakaknya, dan aku yang kesal harus diikutin terus kemanapun aku pergi, itu semua proses menjadikanku lebih dewasa, lebih pengertian. Lebih lelah ayah dan bundaku sepertinya karena baru belajar untuk pertama kali menjadi orangtua lewat aku.
Mungkin ketika aku menjadi orangtua aku akan berusaha untuk tidak membebankan anak pertamaku dengan tanggung jawab orangtua di usia nya yang masih belia. semoga suatu saat mungkin ketika aku berkeluarga, aku akan belajar lebih banyak untuk hal itu.
Aku bukan menyalahkan ayah dan bundaku yang memberikanku tanggung jawab itu, bukan kok, tapi karena aku sedikit merasa ada yang hilang eem mungkin waktu bermainku, atau perhatian yang harusnya masih aku terima tapi sudah dibagi. tapi tidak apaa aku sudah bisa berdamai dengan itu semua karena dengan tanggung jawab pada waktu itu jugalah aku bisa menjadi aku yang sekarang.
Alasan aku dipanggil uong juga ada karena ada adik adikku, aku senang mereka ada banyak soalnya rame tapi terkadang mereka terlalu berisik :")
Semoga "uong" ini bisa terus membantu dan membersamai perjalanan kalian bertiga sampai bisa sendiri-sendiri. Karena bukan kebetulan juga aku ini dijadikan anak pertama dalam keluarga ini.
Terimakasih ya sudah memberikan panggilan "uong" nya dhila, echa, olak. luv 💓
#TautanNarblog10
#Day7
Komentar
Posting Komentar